HARGA obat medis kian melambung hingga sepertinya hanya diperuntukkan bagi kalangan “berada”. Tak mengherankan bila banyak orang beralih ke herbal; murah dan minim efek samping dalam jangka panjang. Benarkah?
Jamu merupakan salah satu warisan nenek moyang Indonesia yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan berkhasiat untuk kesehatan maupun kecantikan. Kini, jamu menempati posisi sebagai solusi alternatif obat-obatan medis dengan permintaan yang kian bertambah. Bahkan menurut Mulyo Rahardjo, Managing Director PT Deltomed Laboratories, jamu semakin diminati kalangan ekonomi atas sehingga bukan lagi dimonopoli kalangan ekonomi bawah.
“Trennya kini, bila dikerucutkan berdasarkan tingkat ekonomi, herbal justru diminati kalangan atas. Mereka sudah biasa, kalau sakit, ya minum obat (kimiawi). Karena tahu efek jangka panjang obat itu tidak bagus bagi kesehatan, mereka beralih ke herbal. Kalangan atas lebih berpikir hidup sehat, bukan soal uang,” jelasnya kepada okezone usai Media Workshop ”Inovasi Teknologi Ekstraksi Bahan Alami Dalam Pembuatan Obat Herbal” di Kembang Goela Restaurant, Plaza Sentral Parking Lot, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (16/6/2011).
Guna memenuhi kebutuhan kalangan luas, dalam perkembangannya jamu diproduksi secara massal dan menjadi industri besar di negara ini. Konsumen juga semakin dimudahkan karena berkat teknologi pengolahan yang digunakan, rasa jamu tidak lagi pahit. Sebagai contoh, jamu yang dikemas dalam bentuk pil supaya konsumen lebih mudah meminumnya.
Segelintir oknum produsen sangat “jeli” mengukur keuntungan industri jamu hingga memakai cara-cara curang. Seharusnya, jamu 100 persen mengandung bahan-bahan alami, tapi demi keuntungan berlipat ganda, mereka menambahkan bahan-bahan kimia ke dalam produknya, seperti bahan pewarna, pengawet, bahkan obat-obatan kimia. Kecurangan inilah yang kemudian memunculkan ketakutan bahwa jamu bisa menyebabkan kerusakan ginjal.
“Masyarakat harus curiga kalau ada orang yang bilang, cepat sembuh setelah minum jamu tertentu. Karena sebenarnya, khasiat herbal agak lambat dibanding obat modern. Satu sampai dua kali pemakaian belum kelihatan, tapi butuh waktu lebih lama, sekitar 1-2 minggu,” tegas Prof Dr Sumali Wiryowidagdo Apt dari Pusat Studi Obat Bahan Alam FMIPA UI pada kesempatan yang sama.
Penambahan zat-zat kimia, ditambahkan Prof Sumali, dapat merusak ginjal dalam jangka waktu lama. Kita ketahui informasi, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) sempat beberapa kali menarik jamu dari pasaran. Karenanya, cerdiklah memilih jamu yang aman.
“Jamu, secara umum tidak memiliki efek samping, kecuali beberapa kasus, ditambahkan obat kimia, sintetik dalam jumlah besar. Sebaiknya, lapor ke BPOM, mereka selalu terbuka. Khawatir ada campuran obat kimianya,” tukasnya.
Dikutip dari Okezone
0 Comment:
Post a Comment