“Saya pengen banget, tapi karena awalnya mentattoo ingin wajah anak. Tapi karena wajah anak di bawah 2 tahun masih berubah-ubah, maka keinginan itu ditunda. Maunya nanti tattoo-nya di bagian belakang yang tertutup. Soalnya enggak enak, bos marah,” katanya lalu tertawa.
Dikatakan lagi bahwa tattoo yang telah menempel di kulitnya yang putih ini beraneka ragam. Namun didominasi nama-nama orang yang paling berharga dan tak bisa dilupakan jasa-jasanya. Makanya di dekat mata kedua kaki Chantal tertera nama panggilan orang tuanya.
“Jadi gambar tattoo saya adalah orang-orang yang telah mensupport hingga seperti sekarang. Ya, misalnya Boen, panggilan bapak di dekat mata kaki kanan, Sementara Atje, panggilan mama di dekat mata kaki kiri saya,” sambungnya.
Diakui, keinginan mentattoo sebenarnya sudah ada sejak lama. Namun karena belum memiliki penghasilan Chantal tidak berani. Bahkan kini orang tua dan anggota keluarganya hanya mengingatkan dia saja.
“Saya sudah gede. Masa masih dimarahin? Enggak lah. Tapi mereka paling geleng-geleng sambil bertanya, mau di mana lagi nato? Saya sendiri sebenarnya cukup lama memutuskan untuk bertattoo. Sebab saya takut bosan dengan tattoo tersebut,” katanya perempuan kelahiran Bandung, 27 Juli 1980 tersebut.
Ditanya, apakah tidak sakit saat proses tattoo berlangsung, wanita yang kini berstatus single setelah sebelumnya pernikahannya dengan Hans Lazuardi kandas meski telah dikaruniai seorang putra pada tahun 2004 serta seorang putri pada tahun 2009 bernama Nathaniel Trevor Lazuardi dan Mazel Peach Lazuardi itu hanya tersenyum.
“Sakitnya kayak ditusuk pulpen. Namun di tempat tertentu seperti kaki kan kena tulang, jadi sakit,” pungkas anak pasangan Gunawan Budi Suwandi dan Shirley Gandasasmita ini.
0 Comment:
Post a Comment